Perlunya Pengadaan Alat Riset di Laboraturium FMIPA UNY
Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh
Wabilahi taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaykum warahmatullohi wabarokatuh.
Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh
PERLUNYA
PENGADAAN ALAT RISET DI
LABORATORIUM
FMIPA UNY
Oleh
Purwoko Haryadi Santoso
11302241045
Pendidikan Fisika Subsidi
Seperti
yang disebutkan dalam evaluasi Trends in
Students Achievement in Mathematics and Science (TIMSS) pada tahun 2011,
untuk sains MIPA, Indonesia menempati posisi 5 besar dari bawah (bersama
Macedonia, Lebanon, Maroko, dan Ghana). Indonesia berada di peringkat 39 dari
42 negara dengan nilai rata-rata 406 (Yohannes Surya OFFICIAL, 2011). Dari data
ini, dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan sains MIPA di Indonesia masih
sangat rendah dibandingkan negara lain seperti Amerika, Singapura, atau Jepang.
Ini salah satunya disebabkan masih rendahnya budaya riset bidang MIPA di
Indonesia.
Pada dasarnya, riset
merupakan suatu usaha manusia dengan menggunakan akal sehatnya untuk
menghasilkan teknologi-teknologi yang nantinya akan memudahkan manusia dalam
melakukan pekerjaannya. Riset bisa berjalan apabila dilengkapi dengan peralatan-peralatan
penunjang riset. Apabila peralatan penunjangnya terhambat maka riset nantinya
tidak akan berkembang. Rendahnya tingkat riset bidang MIPA di Indonesia salah
satunya dipengaruhi oleh terhambatnya peralatan penunjang riset. Akibatnya,
jumlah peralatan riset yang dimiliki Indonesia sampai saat ini masih terbilang
sedikit. Minimnya peralatan riset di Indonesia merupakan salah satu contoh
kendala yang menghambat laju pertumbuhan riset bidang MIPA di Indonesia.
Fenomena ini juga
terjadi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Laboratorium Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNY memang sudah memiliki
alat-alat yang cukup lengkap. Contohnya bisa dilihat dari Laboratorium
Elektronika dan Instrumentasi (Lab. Elins). Salah satu dosen jurusan Pendidikan
Fisika yang bernama Drs. Sumarna menyebutkan bahwa, “Laboratorium Elins UNY itu
sebenarnya lebih lengkap dari Lab. Elins-nya Teknik Elektro UGM”.
Akan tetapi, alat-alat
tersebut hanya sebatas alat-alat yang digunakan sebagai media penunjang
pembelajaran seperti praktikum, perkuliahan, kolokium, seminar, dan lain-lain.
Alat-alat tersebut belum baik jika digunakan sebagai alat untuk melakukan riset
serta belum menghasilkan data yang bisa dipertanggungjawabkan kevalidasiannya.
Ini disebabkan alat-alat tersebut belum memenuhi syarat-syarat keandalan.
Menurut Agus Purwoto
(2007:27) alat-alat riset harus memenuhi syarat-syarat tingkat keandalan yaitu
kriteria validitas dan reliabilitas yang andal.
1.
Validitas
Suatu instrumen riset dapat dikatakan valid jika
instrumen tersebut dapat mengukur variabel yang diteliti secara tepat atau
dengan kata lain ada kecocokan diantara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran.
2.
Reliabilitas
Menurut Suharsimi (1993:136) pengertian reliabilitas
adalah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten
dari waktu ke waktu.
Dengan 2 syarat
ini, alat-alat yang dimiliki laboratorium FMIPA UNY pada dasarnya masih belum
bisa disebut sebagai alat berkelas riset.
Ketiadaan
alat riset di laboratorium pada suatu universitas memberikan dampak tersendiri.
Salah satunya bisa terlihat dari rendahnya perkembangan inovasi teknologi dari
sebuah universitas itu sendiri. Ini bisa diukur dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukan oleh mahasiswa dari sebuah universitas seperti skripsi atau
karya-karya dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Seperti diketahui bahwa
sampai saat ini UNY belum bisa disebut universitas yang produktif dalam
mengembangkan inovasi-inovasi teknologi.
Dalam
membuat skripsi, ada 2 pilihan bagi seorang mahasiswa MIPA yaitu membuat
skripsi dengan topik yang berbobot yang nantinya menghasilkan teknologi
inovetif dan sangat bermanfaat jika diterapkan ke masyarakat atau membuat
skripsi dengan tema yang kurang berbobot yang nantinya hanya akan tertumpuk
pada rak perpustakaan maupun terkumpul pada repository
universitas. Sebagian mahasiswa mungkin bersedia memilih pilihan pertama.
Dengan keterbatasan alat yang ada, dia selalu berusaha mencari alat-alat
penunjang risetnya meskipun itu akan membuang-buang waktu dalam pelaksanaan
risetnya. Alhasil mahasiswa ini tidak cepat lulus karena harus menyelesaikan
risetnya. Di sisi lain, karena keterbatasan alat tersebut, mahasiswa dalam
membuat skripsi dapat dikatakan “asal-asalan atau asal jadi skripsi”.
Skripsinya memuat topik yang tidak berbobot dan “pasaran” sehingga nantinya
hanya menjadi sesuatu yang kurang bermanfaat.
Begitu
juga pada mahasiswa yang senang mengikuti kompetisi ilmiah seperti PKM. Akhir
akhir ini, UNY termasuk universitas yang cukup aktif dalam dunia PKM. Untuk PKM
2013 ada 1000 lebih mahasiswa yang mengajukan proposal PKM ke Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI). Jenis PKM yang masih paling diminati untuk
diajukan ke DIKTI adalah jenis PKM Kewirausahaan (PKMK). Di sisi lain, jenis
PKM yang paling sedikit peminatnya adalah PKM Teknologi (PKMT) dan PKM Karsa
Cipta (PKMKC).
Selain
itu, dari judul proposal yang diajukan, sepertinya mahasiswa UNY masih
cenderung “ikut-ikutan” dalam membuat PKM ini. Contohnya adalah ada judul
proposal PKMK seperti “Pemanfaatan Biji Salak sebagai Souvenir Cantik Guna
Mengelola Limbah di Daerah Produsen Limbah” kemudian mahasiswa lain mengajukan
hal yang hampir sama tetapi hanya dimodifikasi sedikit seperti “Pemanfaatan
Biji Salak sebagai Sendal Terapi Guna Mengelola Limbah Produsen Salak”, atau
ada lagi “Pemanfaatan Biji Salak sebagai Bahan Baku Krupuk Kaya Nutrisi”, dan
lain sebagainya. Dari sini, dapat dilihat bahwa tingkat jiwa penelitian,
inovasi, dan kreativitas dari mahasiswa UNY masihlah sangat rendah. Buktinya
adalah masih sedikitnya mahasiswa yang mengajukan proposal PKMT dan PKMKC,
seperti yang telah disebutkan diatas.
Apabila
melihat universitas-universitas di negara maju seperti Amerika, Jepang,
Singapura, Inggris, dan lain-lain, bidang teknologi merupakan riset utama di
univeritasnya. Teknologi yang membuat negaranya maju seperti sekarang. Dengan
teknologi mereka mampu merauk untung dari paten internasional yang dimiliki
apabila ada negara lain yang menggunakan teknologinya. Indonesia merupakan
salah satu konsumen teknologi-teknologi tersebut, seperti kendaraan, peralatan
perang, dan lain-lain.
Teknologi
itu mahal harganya, tidak mungkin ada negara pengembang teknologi yang bersedia
memberikan teknologinya ke negara lain secara cuma-cuma. Teknologi itu ada diperlukan proses riset yang
berkesinambungan dan itu membutuhkan dana yang sangat besar. Seperti pada PT.
Freeport di Papua, dalam perjanjian dengan Amerika, pemerintah Indonesia
mengharapkan adanya transfer teknologi dari Amerika ke Indonesia dalam
teknologi pertambangannya. Akan tetapi, apakah itu berjalan? Teknologi apa yang
diperoleh Indonesia dari transfer teknologi itu? Tidak ada! Transfer teknologi
hanya sebagai bahasa diplomasi negara lain seperti Amerika supaya mereka bisa
mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dengan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Apabila Indonesia ingin memiliki teknologi seperti mereka maka Indonesia harus
mengembangkannya sendiri.
Sebenarnya
sudah banyak peneliti Indonesia yang telah menciptakan teknologi luar biasa.
Akan tetapi, mereka kemudian beralih ke luar negeri karena keterbatasan
alat-alat riset di Indonesia. Begitu juga di UNY, minimnya alat-alat riset yang
dimiliki laboratorium FMIPA UNY membuat mahasiswa enggan untuk mengembangkan
teknologi, contohnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu masih
sedikitnya mahasiswa UNY yang mengajukan proposal berjenis PKMT atau PKMKC ke
DIKTI. Padahal, masih banyak ide-ide luar biasa dari mahasiswa UNY khususnya
bagi mahasiswa FMIPA dan FT pada penelitian bidang teknologi ini.
Dengan
demikian, dirasakan perlu pengadaan alat riset di laboratorim FMIPA UNY. Hal
ini dapat dilakukan dengan bantuan dari berbagai pihak seperti luar negeri,
pemerintah kita sendiri, serta dari kalangan akademisi dan birokrasi FMIPA UNY.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa teknologi itu mahal harganya dan
tidak mungkin negara lain akan memberikan
secara cuma-cuma kepada Indonesia. Teknologi
disini dalam arti teknologi yang sudah jadi dan sudah dipatenkan secara
Internasional serta telah dikomersialkan ke banyak negara. Akan tetapi, dalam
hal bantuan luar negeri ini, bentuknya adalah hibah dari negara lain berupa
alat-alat yang diperlukan untuk keberlaksanaan suatu riset. Jadi, bukan
teknologi yang sudah jadi. Dengan demikian, apabila Indonesia ingin mengembangkan
teknologi yang inovatif bisa menggunakan alat-alat ini. Contohnya adalah dalam
riset mengenai fisika modern dan fisika partikel alat penunjangnya seperti scanning electron microscope (SEM), transmission electron microscope (TEM), hadron, akselerator (pemercepat
partikel), detektor partikel elementer, komputasi grid, dan lain lain. Alat-alat ini mungkin tidak akan ditemui di
Indonesia karena alat-alat ini dibuat di luar negeri.
Sebenarnya
banyak negara lain yang bersedia untuk memberikan hibah alat-alat riset ke
Indonesia. Akan tetapi, seperti yang disebutkan dalam Kompas 18 April 2011,
bantuan dari luar negeri berupa peralatan untuk riset banyak yang mubazir
karena pada akhirnya alat tersebut tidak digunakan. Ini disebabkan bukan karena
peralatan itu rusak atau tidak dibutuhkan melainkan karena pihak perguruan
tinggi tidak bisa mengambil peralatan riset itu karena tidak mampu membayar
kepada pihak bea cukai. Sebenarnya ini merupakan peran pemerintah agar
memberikan kemudahan bagi masuknya hibah dari negara lain. Akan tetapi,
pemerintah sekarang tampaknya masih belum maksimal dalam mendukung pengembangan
teknologi. Pemerintah menghendaki dalam pengembangan teknologi harus langsung
memberikan manfaat yang cepat. Namun, itu merupakan pandangan yang salah dalam
mengembangkan teknologi.
Di
negara maju pengembang teknologi seperti Jerman, Amerika, Jepang, dan Rusia,
jika mereka menciptakan teknologi pada tahun 2012, maka itu akan bermanfaat 10
tahun mendatang atau lebih setelah diciptakannya teknologi itu. Hal ini tidak
menjadi masalah bagi pemerintah negara tersebut yang sangat mendukung
perkembangan teknologi. Akan tetapi karena mental bangsa Indonesia yang
cenderung menyukai budaya “instan” maka pemerintah pun belum sepenuhnya
mendukung perkembangan teknologi ini. Alhasil Indonesia sampai saat ini belum
menjadi salah satu negara pengembang teknologi yang maju.
Kemudian,
kalangan akademisi dan birokrasi juga berperan dalam pengadaan alat riset ini.
Seperti dalam peran pemerintah, pihak birokrasi FMIPA UNY sebaiknya juga
membuat kebijakan-kebijakan agar dimudahkannya hibah negara lain supaya bisa
masuk ke laboratorium FMIPA UNY. Dari pihak dosen sendiri, dosen bisa
mengajarkan, mendorong, mengajak, serta menganjurkan mahasiswa betapa pentingnya
riset di bidang teknologi untuk dikembangkan dan mereka nantinya akan tertarik
melakukan riset di bidang MIPA serta tidak lagi membuat penelitian “pasaran”
dan “ikut-ikutan”.
Dengan
dukungan dan kontribusi dari berbagai pihak, pengadaan alat riset di
laboratorium FMIPA UNY memungkinkan untuk direalisasikan. Baik itu dari bantuan
luar negeri, pemerintah, maupun dari kalangan akademisi. Komitmen diantara
berbagai pihak tersebut sangat diperlukan dalam memudahkan distribusi masuknya
alat riset ke laboratorium FMIPA UNY. Dengan adanya alat riset di laboratorium
FMIPA UNY diharapkan UNY merupakan salah satu universitas yang mengedepankan
riset di bidang MIPA. Harapannya UNY bisa menjadi salah satu universitas yang
bisa mengembangkan teknologi yang terpandang di Indonesia maupun Internasional.
Dalam skala yang lebih luas, Insya Alloh Indonesia bisa bangkit dan menjadi
negara mandiri tanpa harus memakai teknologi dari negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
________.
1993. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Kompas.
18 April 2011. “Alat Riset Tertahan di Bea Cukai”
Purwoto,
Agus. 2007. Panduan Laboratorium Statistik Inferensial.
Jakarta: Grasindo
Yohannes
Surya OFFICIAL. 2011. Hasil Evaluasi
TIMSS 2011. Diakses melalui https://
www.facebook.com/YS.OFFICIAL pada 18
Desember 2012 pukul 20.13 WIB
Wabilahi taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaykum warahmatullohi wabarokatuh.
kereen..
BalasHapusprok prok prok.. :D